English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic

Pahala dan Ibadah Berlipat Ganda

Allah SWT telah mengecualikan puasa dari semua amal kebaikan yg berlipat-ganda pahalanya; semua amal kebaikan akan dilipat-gandakan menjadi sepuluh hingga 700 kali-lipat lain halnya dgn puasa pelipat-gandaan pahalanya tidak hanya sebatas bilangan di atas melainkan Allah SWT akan melipatgandakan pahalanya dgn kelipatan yg tak terhingga banyaknya krn puasa termasuk perbuatan sabar sedangkan Allah SWT berfirman “? Sesungguhnya hanya orang-orang yg bersabarlah yg dicukupkan pahala tanpa batas.” . Dan krn inilah disebutkan dalam sebuah hadis bahwa Nabi saw menamakan bulan Ramadhan dgn bulan sabar dan dalam hadis lain Nabi saw bersabda “Puasa adl setengah dari kesabaran.” . Sabar terdiri dari tiga macam 1. Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT. 2. Sabar dalam menjauhi segala hal yg diharamkan Allah SWT. 3. Sabar terhadap taqdir atau ketentuan Allah SWT yg menyakitkan. Ketiga macam sabar ini berkumpul menjadi satu dalam ibadah puasa krn dalam berpuasa dituntut utk sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT sabar dalam menjauhi segala hasrat yg diharamkan oleh Allah SWT atas orang yg berpuasa dan sabar terhadap konsekuensi yg diterima oleh orang yg berpuasa baik itu berupa perihnya rasa lapar dan dahaga maupun lemah/letih yg dirasakan oleh jiwa dan raga. Rasa pedih yg timbul dari amal ketaatan ini akan membuahkan pahala bagi orang yg melaksanakannya. Ada beberapa faktor yg membuat pahala amal kebaikan dilipat-gandakan di antaranya - Kemuliaan tempat dilakukannya amal perbuatan seperti tanah haram oleh krn itu melakukan shalat di Masjidil Haram Mekah dan masjid Nabawi Madinah akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah sebagaimana Nabi saw bersabda “Salat satu rakaat di masjidku ini lbh baik daripada salat seribu rakaat di masjid manapun selain masjidil haram.” . - Kemuliaan waktu pelaksanaan seperti bulan Ramadhan sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah. Nabi saw bersabda “Barang siapa melakukan satu ibadah sunah pada bulan Ramadhan maka ia seperti orang yg melaksanakan ibadah wajib pada selain bulan Ramadhan. Dan barang siapa melaksanakan ibadah wajib pada bulan Ramadhan maka ia seperti orang yg melaksanakan 70 ibadah wajib pada selain bulan Ramadhan.” . Jika puasa itu sendiri dilipatgandakan pahalanya dibandingkan dgn amal kebaikan lainnya maka puasa di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan lagi dibandingkan puasa pada waktu lain. Hal ini krn ia dilakukan pada waktu yg mulia dan ia merupakan puasa yg diwajibkan Allah SWT atas hamba-hambaNya serta menjadikannya sebagai salah satu rukun Islam. Tingkatan Orang yg Berpuasa Ada dua tingkatan orang yg berpuasa Pertama orang yg meninggalkan makanan minuman dan syahwatnya krn Allah SWT ia mengharapkan balasannya dari-Nya di surga. Orang ini telah melakukan perdagangan dan transaksi dgn Allah dan Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yg beramal saleh. Orang ini tidak akan rugi bertransaksi dgn Allah bahkan ia akan mendapatkan keuntungan yg lbh besar. Rasulullah saw pernah berkata kepada seorang sahabat “Sesungguhnya kamu tidak akan meninggalkan sesuatu krn takut kepada Allah kecuali Allah akan memberimu yg lbh baik dari yg kami tinggalkan itu.” . Maka orang yg berpuasa ini kelak akan diberikan makanan minuman dan wanita-wanita di surga atas kehendak Allah SWT.Seorang ulama salaf berkata “Telah sampai kepada kami kabar bahwa orang-orang yg berpuasa akan mendapatkan hidangan yg akan mereka makan sedangkan umat manusia ketika itu sedang dihisab lalu mereka berkata Ya Rabb kami saat ini sedang dihisab lalu mengapa mereka enak-enakan makan? maka dijawab “Sama saja mereka dulu puasa sedang kamu tidak berpuasa dulu mereka beribadah pada malam hari sedang kamu enak-enakan tidur.” Kedua orang yg berpuasa di dunia dan hanya menfokuskan seluruh aktifitas lahir dan bathinnya hanya utk Allah SWT semata ia dapat menjaga fikirannya ia menjaga perutnya dan ia selalu ingat mati dan ancaman Allah SWT. Ia menginginkan akhirat karenanya ia meninggalkan perhiasan dunia maka hari raya nya orang yg berpuasa ini adl hari ketika ia berjumpa dgn Rabbnya dan ia akan berbahagia krn dapat melihat-Nya. Barang siapa berpuasa dgn meninggalkan segala syahwatnya di dunia maka ia akan mendapatkannya esok di surga dan barang siapa berpuasa dgn meninggalkan segala sesuatu dan memfokuskan seluruh aktifitas lahir dan bathinnya hanya kepada Allah SWT maka hari rayanya adl hari dimana ia berjumpa dgn Rabbnya. “Wahai kekasih semua hati siapakah yg akan bersamaku selain Engkau kasihanilah hamba yg berdosa ini yg datang menemui Engkau hari ini wahai Rabbku tidaklah hamba ini memiliki bekal di surga-Mu namun hamba sangat menginginkannya agar hamba dapat melihatMu.” Wanginya Orang yg Berpuasa Bau mulut orang yg berpuasa adl aroma yg keluar dari hawa tak sedap yg timbul krn kekosongan perut besar dari makanan ketika berpuasa ia adl aroma yg tidak disukai oleh penciuman manusia di dunia ini namun bagi Allah ia adl aroma yg harum krn ia timbul dari ketaatan dan pencarian ridha-Nya. Sebagaimana darah orang yg mati syahid akan datang pada hari kiamat berupa darah yg mengalir berwarna darah namun harumnya seperti harumnya minyak kesturi. Mengenai harumnya aroma mulut orang yg berpuasa bagi Allah SWT terdapat dua pengertian Ketika puasa menjadi rahasia antara seorang hamba dgn Tuhannya di dunia maka Allah akan menampakkannya di akhirat di hadapan makhluk-makhluk-Nya agar dgn ini semua orang-orang yg berpuasa menjadi terkenal di kalangan semua orang sebagai balasan dari usaha mereka utk merahasiakan puasa mereka di dunia. Orang yg beribadah dan taat kepada Allah serta berusaha mencari ridha-Nya di dunia dgn suatu amal yg meninggalkan beberapa pengaruh yg tidak disukai oleh jiwa-jiwa manusia di dunia maka pengaruh-pengaruh yg tidak disukai ini akan disuaki Allah bahkan sangat harum bagi-Nya krn ia timbul dari ketaatan dan pencarian ridha-Nya. Dengan dikabarkannya hal tersebut di atas bagi orang-orang yg beramal di dunia akan membuat hati mereka tenang dan tentram agar segala yg dijumpainya di dunia tidak mereka benci. Bau mulut orang-orang yg berpuasa lbh harum dari aroma minyak kesturi lapar yg mereka rasakan krn Allah adl rasa kenyang dahaga yg mereka rasakan demi mencari ridha-Nya adl kesegaran dan letih yg dirasakan oleh orang-orang yg bersungguh-sungguh dalam berkhidmat kepada-Nya adl kesenangan. Sumber Diadaptasi dari Lathaif al-Ma’arif fi Ma li Mawasim al-’Am min al-Wadhaif al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

sumber file al_islam.chm

Read more


AGAR RAMADHAN PENUH RAHMAT, BERKAH, DAN BERMAKNA

Hari ini kita memasuki bulan suci Ramadhan. Banyak hikmah yang bisa kita
petik di bulan suci dan mulia ini, yang semuanya mengarah pada peningkatan
makna kehidupan, peningkatan nilai diri, maqam spiritual, dan pembeningan
jiwa dan nurani.

Kewajiban puasa ini bukan sesuatu yang baru dalam tradisi keagamaan manusia.
Puasa telah Allah wajibkan kepada kaum beragama sebelum datangnya Nabi
Muhammad Saw. Ini jelas terlihat dalam firman Allah berikut, "Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS. Al-Baqarah:
183)

Ayat ini menegaskan tujuan final dari disyariatkannya puasa, yakni
tergapainya takwa. Namun, perlu diingat bahwa ketakwaan yang Allah janjikan
itu bukanlah sesuatu yang gratis dan cuma-cuma diberikan kepada siapa saja
yang berpuasa. Manusia-manusia takwa yang akan lahir dari "rahim" Ramadhan
adalah mereka yang lulus dalam ujian-ujian yang berlangsung pada bulan
diklat itu.

Tak heran kiranya jika Rasulullah bersabda, "Banyak orang yang berpuasa yang
tidak mendapatkn apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan haus" (HR.
An-Nasai dan Ibnu Majah). Mereka yang berpuasa, namun tidak melakukan
pengendapan makna spiritual puasa, akan kehilangan kesempatan untuk meraih
kandungan hakiki puasa itu.

Lalu apa yang mesti kita lakukan? Beberapa hal berikut ini mungkin akan bisa
membantu menjadikan puasa kita penuh rahmah, berkah, dan bermakna:

Pertama, mempersiapkan persepsi yang benar tentang Ramadhan.

Bergairah dan tidaknya seseorang melakukan pekerjaan dan aktivitas, sangat
korelatif dengan sejauh mana persepsi yang dia miliki tentang pekerjaan itu.
Hal ini juga bisa menimpa kita, saat kita tidak memiliki persepsi yang
bernar tentang puasa.

Oleh karena itulah, setiap kali Ramadhan menjelang Rasulullah mengumpulkan
para sahabatnya untuk memberikan persepsi yang benar tentang Ramadhan itu.
Rasulullah bersabda,

"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan. Allah mengunjungimu
pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan
doa. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakan
kalian pada para malaikat-Nya. Maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang
baik dari kalian. Karena orang yang sengsara adalah orang yang tidak
mendapat rahmat Allah di bulan ini." (HR. Ath-Thabrani) .

Ini Rasulullah sampaikan agar para sahabat - dan tentu saja kita semua -
bersiap-siap menyambut kedatangan bulan suci ini dengan hati berbunga.
Maka menurut Rasulullah, sungguh tidak beruntung manusia yang melewatkan
Ramadhan ini dengan sia-sia. Berlalu tanpa kenangan dan tanpa makna apa-apa.

Persepsi yang benar akan mendorong kita untuk tidak terjebak dalam
kesia-siaan di bulan Ramadhan. Saat kita tahu bahwa Ramadhan bulan ampunan,
maka kita akan meminta ampunan pada Sang Maha Pengampun. Jika kita tahu
bulan ini bertabur rahmat, kita akan berlomba dengan antusias untuk
menggapainya. Jika pintu surga dibuka, kita akan berlari kencang untuk
memasukinya. Jika pintu neraka ditutup kita tidak akan mau mendekatinya
sehingga dia akan menganga.

Kedua, membekali diri dengan ilmu yang cukup dan memadai.

Untuk memasuki puasa, kita harus memiliki ilmu yang cukup tentang puasa itu.
Tentang rukun yang wajib kita lakukan, syarat-syaratnya, hal yang boleh dan
membatalkan, dan apa saja yang dianjurkan.

Pengetahuan yang memadai tentang puasa ini akan senantiasa menjadi panduan
pada saat kita puasa. Ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan kita untuk
meningkatkan kwalitas ketakwaan kita serta akan mampu melahirkan puasa yang
berbobot dan berisi. Sebagaimana yang Rasulullah sabdakan,

"Barang siapa yang puasa Ramadhan dan mengetahui rambu-rambunya dan
memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan, maka itu akan menjadi
pelebur dosa yang dilakukan sebelumnya." (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi).

Agar puasa kita bertabur rahmat, penuh berkah, dan bermakna, sejak awal kita
harus siap mengisi puasa dari dimensi lahir dan batinnya. Puasa merupakan
"sekolah moralitas dan etika", tempat berlatih orang-orang mukmin. Latihan
bertarung membekap hawa nafsunya, berlatih memompa kesabarannya, berlatih
mengokohkan sikap amanah. Berlatih meningkatkan semangat baja dan kemauan.
Berlatih menjernihkan otak dan akal pikiran.

Puasa akan melahirkan pandangan yang tajam. Sebab, perut yang selalu penuh
makanan akan mematikan pikiran, meluberkan hikmah, dan meloyokan anggota
badan.

Puasa melatih kaum muslimin untuk disiplin dan tepat waktu, melahirkan
perasaan kesatuan kaum muslimin, menumbuhkan rasa kasing sayang,
solidaritas, simpati, dan empati terhadap sesama.

Tak kalah pentingnya yang harus kita tekankan dalam puasa adalah dimensi
batinnya. Dimana kita mampu menjadikan anggota badan kita puasa untuk tidak
melakukan hal-hal yang Allah murkai.

Dimensi ini akan dicapai, kala mata kita puasa untuk tidak melihat hal-hal
yang haram, telinga tidak untuk menguping hal-hal yang melalaikan kita dari
Allah, mulut kita puasa untuk tidak mengatakan perkataan dusta dan sia-sia.
Kaki kita tidak melangkah ke tempat-tempat bertabur maksiat dan kekejian,
tangan kita tidak pernah menyentuh harta haram.

Pikiran kita bersih dari sesuatu yang menggelapkan hati. Dalam pikiran dan
hati tidak bersarang ketakaburan, kedengkian, kebencian pada sesama,
angkara, rakus dan tamak serta keangkuhan.

Sahabat Rasulullah, Jabir bin Abdullah berkata, "Jika kamu berpuasa, maka
hendaknya puasa pula pendengar dan lisanmu dari dusta dan sosa-dosa.
Tinggalkanlah menyakiti tetangga dan hendaknya kamu bersikap tenang pada
hari kamu berpuasa. Jangan pula kamu jadikan hari berbukamu (saat tidak
berpuasa) sama dengan hari kamu berpuasa."

"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan dia mengamalkannya
maka Allah tidak menghajatkan dari orang itu untuk tidak makan dan tidak
minum." (HR. Bukhari dan Ahmad dan lainnya)

Mari kita jadikan puasa ini sebagai langkah awal untuk membangun gugusan
amal ke depan.

Sumber:
30 Tadabbur Ramadhan, MENJADI HAMBA ROBBANI, Meraih Keberkahan Bulan Suci

Read more

Waktos Ayeuna

Asmaul Husna

About Me

Foto saya
Kuningan, Jawa Barat, Indonesia
Nothing special about me....

Any Quetions?

free counters

BUKU TAMU

Alexa

Followers

Web hosting for webmasters